Saturday 23 November 2013

Cara Membuat Jajar Genjang Pada Bahasa JAVA

No comments :

Saya akan memberikan contoh program perulangan for yang ada pada java. Kali ini, saya akan membuat bentuk jajar genjang yang listing programnya seperti ini :



Logikanya seperti berikut :
Untuk nested for, for yang berada di dalam for akan di kerjakan terlebih dahulu kemudian for yang luar. Variabel j di inisialisasikan oleh tinggi, kemudian masuk ke kondisi, apabila j > i maka akan mencetak spasi 3 kali, setelah itu j akan mengalami pengurangan 1. Karena benar maka akan terjadi pengulangan untuk for sebelumnya,  di kondisikan lagi, selama j > i  maka akan terjadi iterasi pengurangan dan mencetak spasi sebanyak 2 kali dan terakhir sekali sesuai perintah. Apabila kondisinya sudah salah, maka program akan berjalan ke for selanjutnya. Variabel di inisialisasikan dengan angka 1, kemudian masuk ke kondisi k<=tinggi, apabila kondisi ini benar maka akan mencetak bintang lalu di iterasi penambahan, selama kondisinya benar maka akan mencetak bintang sebanyak batas/tinggi yang ditentukan. Apabila kondisi tersebut salah, maka for terluar akan dijalankan dan akan pindah baris apabila  i<=tinggi (kondisi for terluar benar), kemudian akan di iterasi penambahan, apabila salah tidak pindah baris baru. Kemudian masuk lagi ke for yang di dalam, Variabel j mengalami pengurangan(batas-1) sama seperti penjelasan diatas dan seterusnya. Apabila syarat diatas sama sekali tak terpenuhi maka tidak akan terjadi pengulangan lagi dan lanjut ke pencetakan hasil terakhir yaitu “Jadi deh gambar Jajar Genjangnya :)”. 

Dan..... jeng jeng jeng!!!!! Ini dia outputnya :






Saturday 9 November 2013

PENGARUH POLA ASUH ORANGTUA TERHADAP PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN ANAK

1 comment :
              Sering sekali kita saksikan tindakan kriminal atau perilaku-perilaku menyimpang baik itu di siaran televisi, koran, radio, media massa dan lain sebagainya. Sebagian besar pelakunya adalah dari kalangan remaja. Seperti kasus tawuran antar pelajar, miras, obat-obatan terlarang, bahkan pembunuhan yang bermotif dendam atau kecemburuan. Padahal anak itu masih dalam tahap perkembangan menjadi pubertas atau katakan saja masih bayi, bayi yang baru lahir ke dunia ini belum mengenal apapun, ia masih bersih dan murni dan belum terpengaruh sedikitpun oleh suatu hal. Bagaimana perkembangan bayi selanjutnya agar menjadi anak yang baik?. Dalam hal ini orang tualah yang berperan penting terhadap pertumbuhan dan perkembangan bayi. Dan yang lebih penting lagi adalah cara bagaimana orang tua mendidik anaknya. Apakah pola yang mereka gunakan itu sudah tepat?.
            Secara etimologi, pola berarti bentuk, tata cara, sedangkan asuh berarti menjaga, merawat dan mendidik. Sehingga pola asuh berarti bentuk atau system dalam menjaga, merawat dan mendidik. Jika ditinjau dari terminology, pola asuh anak adalah suatu pola atau system yang diterapkan dalam menjaga, merawat, dan mendidik seorang anak yang bersifat relative konsisten dari waktu ke waktu. Pola asuh orang tua dalam lingkungan keluarga juga adalah usaha orang tua dalam membina anak dan membimbing anak baik jiwa maupun raganya sejak lahir sampai dewasa ( menurut tim penggerak PKK Pusat (1995)). Pola asuh yang diterapkan di tiap keluarga tentunya berbeda-beda dengan keluarga lainnya. Pola asuh ini dapat dirasakan oleh anak, dari segi negatif dan positif. Pola asuh juga dapat memberikan perlindungan, dan mendidik anak dalam kehidupan sehari-hari.

·       Macam-macam Pola Asuh Orang Tua

Menurut Baumrind (1967), pola asuh dikelompokkan menjadi 4 macam yaitu:
a)    Pola asuh secara demokratis
            Pola asuh yang memprioritaskan kepentingan anak, akan tetapi tidak ragu-ragu dalam mengendalikan anak. Orang tua dengan pola asuh ini bersikap rasional, selalu mendasari tindakannya pada rasio atau pemikiran- pemikiran. Orang tua type ini juga bersifat realistis terhadap kemampuan anak, tidak berharap melebihi batas kemampuan anak. Orang tua type ini juga memberikan kebebasan pada anak, dalam memlih dan melakukan suatu tindakan, dan pendekatannya terhadap anak bersifat hangat.

b)    Pola Asuh Otoriter
            Cenderung menetapkan standar yang mutlak harus dituruti. Biasanya dibarengi dengan ancaman-ancaman. Misalnya kalu tidak mau makan, maka anak tidak akan diajak bicara. Orang tua tipe ini juga cenderung memaksa, memerintah, dan menghukum apabila sang anak tidak mau melakukan apa yang diinginkan oleh orang tua. Orang tua tipe ini juga tidak mengenal kompromi dalam berkomunikasi biasanya bersifat satu arah. Orang tua tipe ini tidak memerlukan umpan balik dari anaknya untuk mengerti dan mengenal anaknya.
c)    Pola Asuh Permisif
            Pola asuh permisif atau pemanja biasanya memberikan pengawasan yang sangat longgar, memberikan kesempatan pada anaknya untuk melaakukn sesuatu tanpa pengawasan yang cukup darinya. Mereka cenderung tidak menegur atau memperingatkan anak apabila anak sedang dalam bahaya, dan sangat sedikit bimbingan yang diberikan olaeh mereka. Namun orang tu tipe ini biasanya bersifat hangat sehingga seringkali disukai oleh anak.
d)    Pola Asuh Penelantar
            Pola asuh tipe ini pada umumnya memberikan waktu dan biaya yang sangat minim pada anak-anaknya. Waktu mereka banyak dignakan untuk keperluan pribadi mereka seperti bekerja. Dan kadangkala aamereka terlalu menghemat biaya untuk anak-anak mereka. Seorang ibu yang depresi adalah termasuk dalam kategori ini, mereka cenderung menelantarkan anak-anak mereka secar fisik dan psikis. Ibu yang depresi pada umumnya tidak mau memberikan perhatian fisik dan psikis pada anak-anaknya.

·       Faktor Utama yang Mempengaruhi Pola Asuh

a)    Budaya
            Orang tua mempertahankan konsep tradisional mengenai peran orang tua merasa bahwa orang tua mereka  berhasil mendidik mereka dengan baik, maka mereka menggunakan teknik yang serupa dalam mendidik anak asuh mereka.
b)    Pendidikan Orang Tua 
            Orang tua yang memiliki  pengetahuan lebih banyak dalam mengasuh anak, maka akan mengerti kebutuhan anak.
c)    Status Sosial Ekonomi
            Orang tua dari kelas menengah rendah cenderung lebih keras/lebih permisif dalam  mengasuh anak (Hurlock, E,B 2002).
                       
·       Kesimpulan

            Pola asuh orangtua itu berjangka tak terbatas, bersifat konsisten dari waktu ke waktu. Pola asuh anak berpengaruh sekali terhadap pembentukan kepribadian anak. Keluarga merupakan tempat sosialisasi pertama bagi anak, seorang anak akan meniru perilaku dari orangtuanya baik itu bersifat baik ataupun kurang baik. Hal itulah yang nanti akan dibawa anak sampai tua. 

Masalah Sosial

No comments :
Sebelumnya, saya ingin memperkenalkan diri terlebih dahulu. Nama saya Rividemeo dari kelas 1IA25, jurusan teknik informatika angkatan 2013 di Universitas Gunadarma. Pada kesempatan kali ini, saya ingin menjelaskan tentang masalah sosial yang terjadi di lingkungan masyarakat sekitar.
Apasih masalah sosial itu? Masalah sosial merupakan suatu keadaan dimana dapat mengancam unsur-unsur atau nilai-nilai yang ada di masyrakat, sehingga dapat membahayakan kelompok sosial serta dapat mengganggu hubungan sosial di kehidupan masyarakat tersebut. Sehingga, dapat berdampak buruk kepada sebagian besar anggota masyarakat dan kondisi tersebut diharapkan dapat dipecahkan melalui kegiatan bersama-sama. Masalah sosial muncul karena adanya perbedaan yang mencolok antara nilai dalam masyarakat dengan realita yang ada di lingkungan masyarakat. Yang dapat menjadi sumber masalah sosial yaitu seperti proses sosial dan bencana alam. Adanya masalah sosial dalam masyarakat ditetapkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan khusus seperti tokoh masyarakat, pemerintah, organisasi sosial, musyawarah masyarakat, dan sebagainya.
Jadi yang memutuskan bahwa sesuatu itu merupakan masalah sosial atau bukan, adalah masyarakat yang kemudian disosialisasikan melalui suatu entitas. Dan tingkat keparahan masalah sosial yang terjadi dapat diukur dengan membandingkan antara sesuatu yang ideal dengan realitas yang terjadi (Coleman dan Cresey, 1987). Banyak sekali masalah – masalah sosial yang terjadi di lingkungan masyarakat, salah satunya adalah tindakan kriminalitas

      A.     Pengertian Kriminalitas

Apasih kriminalitas itu?. Kriminalitas atau yang biasanya disebut peristiwa kejahatan merupakan segala macam bentuk tindakan dan perbuatan yang bisa merugikan secara ekonomis dan psikologis yang melanggar hukum yang berlaku dalam negara Indonesia serta norma-norma sosial dan agama. Seperti yang kita ketahui,  Indonesia merupakan negara yang memiliki tingkat kriminalitas yang tinggi, apalagi di daerah kota besar. Jenis kejahatan yang dilakukan juga beragam, dari segi motif dan caranya. Tapi paling banyak yang terjadi adalah kejahatan yang timbul karena faktor ekonomi. Ini terjadi bukan hanya pada orang yang kurang terpelajar, akan tetapi orang yang terpelajarpun juga kadang masuk dalam daftar orang yang melakukan tindakan kriminal. Misalnya saja pemalakan, tawuran dsb. Ini bisa dilihat di acara televisi yang setiap hari pasti ada tayangan tentang kriminal yang terjadi di daerah ibukota maupun daerah pedesaan. Pelaku kriminalitas disebut juga seorang kriminal, seperti pencuri/ maling/perampok, pembunuh dan juga teroris. Meskipun kategori yang terakhir ini agak berbeda karena seorang teroris berbeda dengan seorang kriminal, mereka melakukan tindak kejahatannya berdasarkan motif politik ataupun paham. Selama kesalahan seorang kriminal belum ditetapkan oleh seorang hakim, maka orang ini disebut seorang terdakwa. Pelaku tindak kriminal yang dinyatakan bersalah oleh pengadilan dan harus menjalani hukuman disebut sebagai terpidana atau narapidana. Bentuknya bermacam-macam, ada  perampokan, pemerasan, pembunuhan, perkosaan, penganiayaan, dan lain sebagainya yang mengandung unsur pemaksaan atau kekerasan terhadap fisik ataupun harta benda korban.

      B.     Faktor- Faktor Terjadinya Kriminalitas

Seringkali faktor terjadinya kriminalitas tumbuh dari luar dirinya sendiri tetapi juga ada faktor yang tumbuh dari dalam dirinya sendiri seperti sikap keegoisan si pelaku kejahatan, tetapi tetap saja faktor dari luar itulah yang paling berpengaruh terhadap diri manusia. Kesenjangan sosial, kesenjangan ekonomi, tindakan yang tidak adil, merupakan contoh-contoh penyebab terjadinya kriminalitas dari seseorang yang berasal dari luar dirinya. Pengaruh sosial dari luar dirinya itu misalnya, ajakan dari teman, tekanan atau ancaman dari pihak lain, minum-minuman keras dan obat-obatan terlarang yang membuat ia tidak sadarkan diri. Lalu, pengaruh ekonomi misalnya karena keadaan yang tidak dapat memenuhi kebutuhannya sehari-hari baik untuk keluarga maupun diri sendiri, seperti halnya kemiskinan akan memaksa seseorang untuk berbuat kejahatan. Berikut adalah pendapat dari beberapa ahli, mengapa seseorang melakukan tindakan kriminalitas:
a.      Kemiskinan merupakan penyebab dari revolusi dan kriminalitas ( Aristoteles ). Kemiskinan diartikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang tidak sanggup memelihara dirinya sendiri sesuai dengan taraf taraf kehidupan kelompok dan juga tidak mampu memanfaatkan tenaga mental maupun fisiknya dalam kelompok
b.      Kesempatan untuk menjadi pencuri (Sir Francis Bacon, 1600-an)
c.      Kehendak bebas, keputusan yang hedonistik, dan kegagalan dalam melakukan kontrak sosial ( Voltaire & Rousseau, 1700-an )
d.      Atavistic trait atau  Sifat-sifat antisosial bawaan sebagai penyebab perilaku kriminal. (Cesare  Lombroso, 1835-1909)
e.      Hukuman yang diberikan pada pelaku tidak proporsional (Teoritisi Klasik Lain) .

      C.     Solusi Untuk Kriminalitas

Menurut saya, tindakan kriminalitas yang terjadi pada lingkungan masyarakat tidak akan pernah hilang sampai masyarakat itu sendiri itupun mencapai suatu kehidupan yang layak dan sepenuhnya terpenuhi, sehingga sangat sulit untuk menghilangkannya. Mengurangi dan mencegah tindakan kriminalitas merupakan salah satu cara agar keamanan dan ketertiban pada masyarakat tetap terjaga dengan baik. Contohnya:

1.      Membatasi kesempatan seseorang untuk mencuri/ merampok. Jika pencuri akan lewat pintu masuk dan kita sudah menguncinya, maka cara itu termasuk mengurangi kesempatan untuk mencuri barang-barang kita.
2.      Hukuman yang dijatuhkan oleh hakim terhadap si pencuri, seperti di penjara untuk beberapa jangka waktu sesuai dengan aturan yang berlaku. Hal ini bisa mencegah si pencuri atau mantan narapidana (apabila sudah bebas dari penjara) untuk tidak melakukan tindak kriminalitas untuk kedua kalinya.
3.      Jagalah diri masing-masing untuk mencegah terjadinya tindakan kriminalitas. Seperti membekali diri dengan belajar karate, pencak silat dan sebagainya.
4.      Mengadakan penyuluhan tentang tindakan kejahatan di beberapa daerah.


      D.     Kesimpulan

Dari uraian diatas dapat saya simpulkan bahwa kriminalitas merupakan suatu tindakan yang tidak terpuji yang dapat merugikan diri sendiri dan juga orang lain yang dapat menimbulkan kejahatan baru. Hal ini disebabkan oleh faktor endogen yang berasal dari dalam diri sendiri dan faktor eksogen yang muncul di luar diri si pelaku atau muncul karena pengaruh dari lingkungan masyarakat.  Cara penanggulangannya dengan cara perbaikan sistem peradilan di negara kita, pelayanan yang cepat, murah dan sederhana, serta meningkatkan pencegahan terjadinya tindakan kriminalitas yang bersifat kontinuitas